Teknologi
diciptakan dalam rangka memudahkan manusia. Di era yang serba canggih ini,
pengaruh teknologi sangat luar biasa. Hanya dengan menyentuh dan menggeser
layar maka kita akan terhubung dengan orang-orang yang belum kita kenal
sekalipun. Sayangnya, dewasa ini kemajuan teknologi khususnya telepon genggam
sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Jika beberapa tahun yang lalu handphone fungsinya sebatas sebagai
alat komunikasi. Kini, fitur-fitur dalam sebuah handphone lebih lengkap. Mau foto? Tidak perlu bawa kamera, mau ngegame tidak usah bawa game, mau merekam tidak perlu
repot-repot bawa handycam. Fasilitas
di telepon seluler kini semakin memanjakan konsumennya. Efeknya pun harus kita
waspadai, kecanduan alat-alat digital! Fatalnya lagi jika kecanduan alat-alat
ini menggerogoti jiwa dan otak anak-anak.
Dalam bukunya
yang berjudul “Mendidik Anak di Era Digital” terjemahan Adji Annisa ini dikupas
tuntas problematika memfasilitasi anak dengan perangkat digital. Saya, sebagai
sebagai orang tua merasakan betul manfaat membaca tulisannya. Melihat anak
tetangga atau anak teman yang bisa diam berjam-jam dengan mengotak-atik atau
menggeser tablet atau handphonenya kita terheran-heran. Pengen rasanya bisa
membelikannya untuk anak kita. Ternyata itu bukan ide yang baik. Bukan berarti
anak kita gaptek atau kitanya yang tidak gaul atau jadul. Namun, itu lebih
karena kita sayang dengan anak-anak kita.
Anggapan bahwa
perangkat digital adalah media yang tepat untuk anak-anak harus kita delete dari
pikiran kita. Orang-orang genius di Silicon Valley menjauhkan computer dari
keseharian anak-anak mereka. Prancis melarang penggunaan ponsel di sekolah.
Terpaparnya perangkat digital sejak dini bisa menyebabkan perkembangan otak dan
emosi anak tidak sempurna. Ponsel cerdas bisa menyebabkan anak sulit
berkosentrasi bahkan tidak mau berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar