Powered By Blogger

Rabu, 29 Oktober 2014

PENGULANGAN (REDUPLIKASI)




PENGULANGAN (REDUPLIKASI)

Makna Kata Berulang
Kata ulang merupakan kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan mengakibatkannya makna yang berbeda-beda. Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Soedjito, 1995: 109) sedangakan menurut ramlan ( 1985:57) menyimpulkan “Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Jadi kata ulang ialah kata hasil pengulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun bagiannya.

Ciri-ciri bentuk kata dasar ulang bahasa Indonesia sebagai berikut:
1.     Kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata ulangnya.
Berdasarkan ciri di atas dapat dikemukakan bahwa suatu suatu kata ulang berkelas kata benda (nomina), bentuk dasarnya pun berkelas kata benda, begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kerja maka bentuk dasarnya berkelas kata kerja.
          Contoh:     
Bentuk dasar
Pengulangan (reduplikasi)
Rumah (Kt. Benda)
Membaca (Kt. Kerja)
Pelan (Kt. Sifat)
Tiga (Kt. Bilangan)
Rumah-rumah (Kt. Benda)
Membaca-baca (Kt. Kerja)
Pelan-pelan  (Kt. Sifat)
Tiga-tiga (Kt. Bilangan)

2.      Bentuk Dasar Kata Ulang Selalu Ada dalam Pemakaian Bahasa
Maksud dalam pemakaian bahasa adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat.
Misalnya:
Kata ulang mengata-ngatakan dipakai dalam kalimat
Ø Dia rupanya mengata-ngatakan persoalan itu kepada teman-temannya. Bentuk dasarnya pun harus dapat dipakai dalam konteks kalimat. Bentuk dasarnya adalah mengatakan (sebab hanya bentuk inilah yang dapat dipakai dalam konteks kalimat). Berdasarkan ciri-ciri tersebut, beberapa contoh kata ulang beserta bentuk dasarnya dapat terlihat pada tabel berikut:

3.      Arti Bentuk Dasar Kata Ulang selalu Berhubungan dengan Arti Kata Ulangnya
Berdasarkan ciri ini, jelaslah bahwa bentuk alun merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun, bentuk undang bukan merupakan bentuk dasar undang-undang, bentuk agar bukan merupakan bentuk dasar agar-agar.

4.     Bentuk Ulang Ditulis dengan Menggunakan Tanda Hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: Anak-anak, mata-mata, berjalan-jalan, menulis-nulis, mondar mandir dan ramah-tamah.

Ciri kata Ulang dalam Bahasa Indonesia.
Proses pengulangan menyatakan beberapa makna.
a.      Menyatakan makna banyak.
Contoh:
ü Kursi itu tertata dengan rapi. (bermakna sebuah kursi)
ü Kursi-kursi itu tertata dengan rapi. (menyatakan banyak kursi)
b.     Menyatakan makna tak bersyarat.
Contoh:
ü Jambu-jambu mentah dimakannya.
Pengulangan kata jambu dapat digantikan dengan kata meskipun, menjadi. Meskipun jambu mentah, dimakannya.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pengulangan pada kata jambu menyatakan makna yang sama dengan makna yang dinyatakan oleh kata meskipun, yaitu makna tak bersyarat.

c.      Menyatakan makna yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar.
Dalam hal ini proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks-an. Misalnya:
Kuda-kudaan. (yang menyerupai kuda)
Gunung-gunungan. ( yang meyerupai gunung)

d.     Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang.
Misalnya:
Berteriak-teriak. (berteriak berkali-kali)
Memukul-mukul. (memukul berkali-kali)

e.      Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, dengan senangnya.
Misalnya:
ü Seluruh anggota keluarga duduk-duduk diteras rumah.
Penggunaan pada kata duduk-duduk pada kalimat itu menyatakan bahwa perbuatan itu dilakukan dengan enak, dengan santainya, dengan senangnya. Perbuatan itu dilakukan tanpa tujuan yang tentu.
Contoh: berjalan-jalan. (berjalan dengan santai).
                       Makan-makan.  (makan dengan santainya).

f.       Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai.
Misalnya:
Pukul-memukul. (saling memukul).
Pandang-memandang. (saling memandang).

g.      Menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan perkejaan yang tersebut pada bentuk dasar.
Misalnya:
Karang-mengarang. (hal-hal yang berhubungan dengan mengarang).

h.     Menyatakan makna agak
Pengulangan yang berkominasi dengan pembubuhan afiks ke-an dapat menyatakan makna agak atau sedikit.
Contoh: Kemerah-merahan.  (agak merah)
                        Kehijau-hijauan. (agak hijau)

i.       Menyatakan makna tingkat yang paling yang dapat dicapai.
Dalam hal ini, pengulangan berkombinsi dengan proses pembubuhan afiks se-nya.
Misalnya:
Sepenuh-penuhnya. (tingkat penuh paling tinggi yang dapat dicapai; sepenuh mungkin).

j.       Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan.
Contoh:
Coba kamu masukan gundu gopak itu seratus-seratus ke dalam  tiap plastik!

k.     Kata ulang yang menyatakan beberapa.
Contoh:
Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Australia.

l.       Kata ulang yang menyatakan terus-menerus.
Contoh:
Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada ritawati dapat termaafkan.

m.  Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab.
Contoh:
Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri untuk mencoba tabah.

n.     Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa.
Contoh:
Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.


Bentuk kata ulang
a.      Kata ulang murni (dwilingga) yaitu pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh: ibu-ibu, hitam, kuda-kuda, dan danau-danau.
b.     Kata ulang berimbuhan (sebagian) yaitu bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran, atau gabungan imbuhan sebelum atau sesudah kata dasarnya diulang.
Contoh: berlari-lari, menari-nari, dan bermain-main.
c.      Kata ulang berubah bunyi (bervariasi fonem), baik vokal maupun konsonan.
Contoh: lauk-pauk, dan warna-warni.
d.     Kata ulang suku awal (dwipurwa) yaitu bentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya.
Contoh: lelaki=laki-laki=lelaki  
    sesama=sama-sama=sasama-sasama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar