keputusan kemendikbud, Anies Baswedan untuk menghentikan sementara pelaksanaan kurikulum 2013 bagi sekolah yang belum siap penulis nilai sebagai langkah mundur. mengapa? sekolah alhasil kembali menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan istilah KTSP. namun, bagi sekolah yang sudah siap diperbolehkan menggunakan kurikulum 2013. dengan demikian dalam satu negara berlaku dua kurikulum sekaligus. menurut ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Sulistiyo, penyembuhan yang dilakukan oleh kemendikbud bersifat simptomatik, tidak secara fundamental mengatasi akar masalahnya (Republika, 5 Mei 2015).
guru menantikan keputusan pastinya, apakah kurikulum 2013 dihapus dan digantikan kurikulum yang baru atau seratus persen kembali ke KTSP. apapun kurikulumnya guru menanti adanya pelatihan peningkatan kualitas pembelajaran. guru perlu up grade diri. persaingan dunia pendidikan semakin kuat. coba kita menengok negara tetangga yang sudah jauh berlari jauh ke depan. lalu apakah kita masih tetaqp jalan ditempat, menanti kurikulum yang tidak pasti.
persoalan ujian nasional (UN) telah menyedot banyak energi dan perhatian kita. sementara negara lain, sibuk berbenah meningkat kualitas dan menyiapkan seumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh menghadapi tantangan masa depan. kini bukan saatnya berdebat kusir. jika kurikulum 2013 dinilai terlalu instant maka waktunya kita untuk mematangkannya. masa percobaannya juga baru setahun. tentu wajar ada kekurangan di sana-sini. kekurangan itulah yang harus diperbaiki, bukanlah kemudian diganti. terlalu banyak energi yang harus dikeluarkan jika kita mengganti dengan kurikulum yang baru. sebagian guru dibeberapa sekolah sudah mendapatkan pelatihan. pendalaman terhadap materi kurikulum 2013 itulah yang harus terus mendapat dukungan.
secara garis besar kurikulum 2013 mengajak guru untuk keluar dari zona nyaman. pekerjaan guru memang semakin banyak berkaitan dengan penilaian. jika demikian, seyogyanya ada kebijakan untuk menyederhanakan sistem penilaiannya. apabila sepanjang tahu hanya memperdebatkan kurikulum, lalu bagaimana pendidikan di negara kita dapat maju? semoga ada jalan keluar yang bijak untuk mengakhiri polemik kurikulum di Indonesia. sukses generasi Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar